Kisah Mahasiswa Matematika Undana Jadi Relawan Dapur Program Gizi di Kupang.
NTTBacarita, Kupang - Bagi banyak mahasiswa, kampus adalah satu-satunya medan juang. Namun, tidak bagi Giant Ishak Paulus, yang akrab disapa Dede. Mahasiswa Semester 1 Jurusan Matematika di Universitas Nusa Cendana (Undana) ini punya cerita beda. Baginya, kebutuhan keluarga adalah hal yang juga tidak bisa ditinggalkan. Dede memilih jalan pengabdian unik untuk menyeimbangkan keduanya.
Dede kini aktif sebagai relawan di Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Oebobo 3, yang berlokasi di Jalan Suprapto No 7, Oebobo, Kupang. Dapur ini adalah satu dari 36 pusat penyedia makanan untuk program unggulan pemerintah, Makan Bergizi Gratis (MBG), di Kota Kupang.
Sejak diresmikan pada 7 Juli 2025, SPPG Oebobo 3 sudah melayani 2.693 anak dan ibu hamil di 9 Sekolah dan 3 posyandu.
Dede adalah satu dari total 47 relawan yang bekerja setiap hari di dapur ini. Kehadirannya membuktikan bahwa mahasiswa bisa mandiri, mengabdi, sambil mencari penghasilan untuk menopang kebutuhan keluarga.
“Jujur, kuliah itu harapan, tapi kebutuhan keluarga juga adalah kenyataan. Beta (saya, red) harus mandiri. Jadi relawan di sini itu sangat membantu,” kata Dede saat ditemui, Selasa (25/11) siang, menunjukan kisahnya mewakili para pemuda yang kini punya kesempatan kerja berkat program MBG.
Keberhasilan operasional dapur ini tak lepas dari peran Lucky Mario Salouw, Kepala SPPG Oebobo 3, yang melihat program MBG sebagai solusi dua arah.
“Program MBG ini bukan cuma soal makanan gratis. Ini adalah solusi lapangan kerja bagi warga,” ungkap Lucky.
Ia merinci bahwa SPPG Oebobo 3 mempekerjakan total 47 relawan, yang mayoritas merupakan masyarakat sekitar, termasuk ibu rumah tangga, yang sebelumnya tidak memiliki pekerjaan tetap. Mereka menangani seluruh proses, dari persiapan bahan hingga distribusi makanan harian.
"Program pemerintah ini sangat berdampak pada penyerapan tenaga kerja. Yang dulunya mungkin menganggur, sekarang punya penghasilan rutin," jelas Lucky, menegaskan peran besar program MBG dalam mengatasi masalah pengangguran lokal.
Dampak program ini menciptakan siklus manfaat yang unik dan mendalam. Lucky menyoroti adanya tanggung jawab yang dirasakan oleh para relawan terhadap kualitas layanan, yang diperkuat oleh fakta unik di lapangan.
"Yang luar biasa, kami tahu ada murid di sekolah-sekolah yang dapat layanan ini yang orang tuanya bekerja sebagai relawan di dapur ini," pungkas Lucky.
Keterlibatan orang tua sebagai relawan di dapur tempat makanan anak mereka disiapkan, turut menjadi model pemberdayaan mandiri dari program ini.
"Jadi, orang tua dapat penghasilan, dan anak mereka dapat makanan sehat yang dimasak oleh orang tuanya sendiri atau rekan kerja lainnya. Ini benar-benar menguatkan keluarga secara gizi dan ekonomi,” tutup Lucky, merangkum dampak positif yang dihasilkan program tersebut dalam memberdayakan keluarga dari sisi gizi dan ekonomi secara bersamaan.
Komentar
Posting Komentar